Jumat, 22 Agustus 2014

Grosirkosmetikherbal.com: Pusat Agen Grosir Kosmetik dan Herbal Murah

Berbicara tentang kosmetik pasti akan berhubungan dengan kecantikan. Saat ini banyak kosmetik yang beredar di iklan televisi yang mengandung bahan kimia yang menawarkan hasil yang instan, dan banyak pula wanita yang tergiur dengan hasil instan yang diberikan. Tapi taukah anda bahwa kosmetik dengan hasil yang instan tentu akan memberikan efek sampaing yang membahayakan kulit kita seperti iritasi pada kulit, menimbulkan alergi, sangat sensitif dan mudah perih. Nah jika mengalami masalah ini, maka kosmetik herbal bisa menjadi pilihan atas masalah yang anda hadapi. Apa itu kosmetik herbal? Kosmetik herbal adalah kosmetik yang bersifat non kimiawi atau sering juga disebut kosmetik herbal yang terbuat dari bahan-bahan alami. Kosmetik herbal merupakan pilihan yang tepat dalam merawat dan mengatasi berbagai masalah tubuh dan wajah tanpa menimbulkan efek samping yang berbahaya dalam pemakaianya dan juga sangat cocok bagi wanita yang menginginkan cantik secara alami. Alasan mengapa kosmetikherbal menjadi pilihan adalah :
1.Kosmetik herbal terbukti bisa melembabkan kulit dan mencegah terjadinya  kulit wajah yang kering.
2. Bisa memutihkan dan membuat kulit bersinar cerah secara alami.
3. Bisa mencegah terjadinya jerawat atau bahkan mengobati secara alami sampai tuntas.
4. Penggunaan secara rutin bisa untuk mengecilkan pori-pori sehingga    berpeluang untuk mengurangi terjadinya  komedo dan jerawat.
5. Bisa memelihara kesehatan kulit anda menjadi lebih segar dan terlihat awet    muda.


Nah, untuk mendapatkan kosmetik herbal online yang aman digunakan bagi kulit dan tubuh, langsung bisa didapatkan di Grosirkosmetikherbal.com yang merupakan pusat agen grosir kosmetik dan herbal yang memberikan harga yang terjangkau bagi anda yang ingin hidup sehat dan tampil cantik tanpa harus banyak mengeluarkan banyak uang. Di Grosirkosmetikherbal tidak hanya tersedia kosmetik herbal saja tetapi terdapat juga macam-macam obat-obat herbal untuk kesehatan tubuh. Grosirkosmetikherbal juga mempunyai produk-produk unggulan seperti Dr.Susan Pembesar Pengencang Payudara, Cream Pemutih Wajah yang sudahber BPOM, Paket Herbal Penyubur Kandungan Obat Mandul Cepat Aman Alami, dll. Untuk info selengkapnya segara kunjungi grosirkosmetikherbal.com dijamin gak akan nyesel dehh...

"La tahzan innallaha ma’ana” (jangan bersedih, Allah bersama kita)

>ketika aku bertanya" Kenapa aku diuji Yaa Allah ?"


Allah menjawabku

 أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?


وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui

>Ketika aku bertanya "Kenapa aku tidak mendapatkan apa yang kuinginkan Yaa Rabbii ?"

Allah yang Maha Mengetahui pun menjawabku,,

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat  baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah : 216)


>Ketika aku bertanya,," Kenapa aku diberi ujian seberat ini?"

Allah Yang Maha Pengasihi pun Menjawabku :

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al-Baqarah : 286)


>Ketika aku merasa cobaan yang berat ini membuat sesak dadaku,,dan mulailah berjatuhan air mata karenanya,,

Allah Yang Maha Penyayang Menenangkanku:

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) , jika kamu orang-orang yang beriman. (Ali Imraan : 139)


>Ketika aku merasa...."Yaa Allah cukup sudahh..aku tak sanggup lagi atas beratnya cobaan ini..."

Allah Yang Maha Pengasih menjawabku..

وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (Yusuf : 87)

>Ketika aku bertanya kpd Rabbku..Yaa Robbul 'Izzati bagaimana aku harus menghadapi ujian hidup ini?"

Allah Yang Maha Sabar menjawab:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap sedia (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (Ali Imraan : 200)

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat  kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (Al-Baqarah : 45)

>Ketika aku bertanya"Robbii,,kuatkah aku menjalani ini sendiri,,???"

Allahpun menjawabku:

حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal. (At-Taubah : 129)


>Ketika aku bertanya..Yaa Robbii..apa yang ada di balik semua cobaan ini??"

Allah  menjawabku:
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka.(At-Taubah 111)

Surat al-Fatihah merupakan dialog antara hamba dengan Rabb-Nya

Dalam Shahîh Muslim (IV/324 no. 876) dari hadits Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: “قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ”. فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ:{ الْحَمْدُ لِلَّهِرَبِّ الْعَالَمِينَ }، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: “حَمِدَنِي عَبْدِي”. وَإِذَا قَالَ: { الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ }, قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: “أَثْنَىعَلَيَّ عَبْدِي”. وَإِذَا قَالَ:{ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ }، قَالَ: “مَجَّدَنِي عَبْدِي” وَقَالَ مَرَّةً: “فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي”. فَإِذَا قَالَ:{ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ }، قَالَ: “هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ” فَإِذَا قَالَ: { اهْدِنَا الصِّرَاطَالْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ}, قَالَ: “هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَاسَأَلَ

Allah ta’ala berfirman, “Aku membagi shalat (surat al-Fatihah) [Lihat: Tafsîr al-Qurthubi (I/146)] antara diri-Ku dengan hamba-Ku dua bagian [maksud dari pembagian menjadi dua bagian adalah: bagian setengah pertama surat al-Fatihah sampai ayat kelima adalah pujian hamba untuk Allah, sedangkan bagian setengah kedua yaitu dari ayat keenam sampai akhir adalah permohonan seorang hamba untuk dirinya sendiri. Lihat: Tafsîr Sûrah al-Fâtihah karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab (hal. 33-34)], dan hamba-Ku akan memperoleh apa yang dimintanya. Tatkala insan mengucapkan, ‘Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam,’ Allah ta’ala berkata, ‘Hambaku telah memuji-Ku.’


Jika ia mengucapkan, ‘Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’, Allah ta’ala berkata, ‘Hamba-Ku telah memuliakan diri-Ku.’

Saat ia mengucapkan, ‘Penguasa hari pembalasan’, Allah ta’ala berfirman, ‘Hamba-Ku telah mengagungkan diri-Ku.’ Di lain kesempatan Allah berkata, ‘Hamba-Ku telah berserah diri pada-Ku.’

Manakala ia mengucapkan, ‘Hanya kepada-Mu-lah aku menyembah dan hanya kepada-Mu-lah aku memohon pertolongan’, Allah ta’ala berkata, ‘Ini (merupakan urusan) antara Aku dengan hamba-Ku, dan hamba-Ku akan memperoleh apa yang dimintanya.’

Dan ketika ia mengucapkan, ‘Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat’, Allah ta’ala menjawab, ‘Inilah (hak) milik hamba-Ku, dan hamba-Ku akan memperoleh apa yang dimintanya.’”

Imam Ibn Rajab (w. 795 H) menjelaskan bahwa “hadits di atas menunjukkan bahwa Allah mendengarkan bacaan orang yang shalat; sebab dia sedang bermunajat (berbisik-bisik) dengan Rabb-nya. Dan Allah menjawab setiap bisikan hamba-Nya, kalimat per kalimat.” [Tafsîr Ibn Rajab al-Hambali dihimpun oleh Thâriq bin 'Awadhallâh (I/68-69)].

Maka seorang hamba tatkala membaca surat al-Fatihah, hendaklah ia membacanya dengan pelan ayat per ayat. Setiap membaca suatu ayat dia diam sejenak menanti jawaban Allah akan munajatnya [lihat: Ash-Shalat wa Hukm Târikihâ karya Ibn al-Qayyim (hal. 172)].

Andaikan kita meresapi keterangan di atas dan mencoba untuk merasakannya; niscaya kita akan mendapatkan nikmatnya bermunajat dengan Allah ta’ala. Setiap dirundung masalah kita selalu bergegas menghadap Rabbul alamin. Memohon pada-Nya bantuan, pertolongan, limpahan kasih sayang dan curahan ampunan-Nya [An-Nazharât al-Mâti'ah (hal.27)]. Sebagaimana yang dipraktikkan teladan kita; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setiap dirundung masalah, beliau selalu bergegas shalat. Demikian yang diceritakan Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى

“Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dirundung masalah, beliau bergegas shalat.” (H.R. Abu Dawud (II/54 no. 1319) dan dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani) [Lihat: Shahîh Sunan Abi Dawud].

Dan jika datang waktu shalat fardhu beliau bersabda,

قُمْ يَا بِلَالُ فَأَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ

“Berdirilah wahai Bilal (lantunkanlah adzan). Tenangkan dan istirahatkanlah kami dengan shalat.” (H.R. Abu Dawud (V/165 no. 4986) dan dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani).

Ibn al-Atsir (w. 606 H) menjelaskan, bahwa maksud hadits di atas adalah: dengan shalat hati kami akan tenteram dari pikiran tentang kewajiban melaksanakannya. Atau kami akan merasa tentram dan bisa melepaskan kepenatan beban pekerjaan duniawi yang melelahkan. Dengan shalat seorang hamba akan merasa tenang, tenteram dan bisa beristirahat; sebab di dalamnya seorang hamba bisa berkesempatan untuk munajat dengan Rabb-nya [An-Nihâyah fî Gharîb al-Hadîts wa al-Atsar (II/274) dan lihat pula: 'Aun al-Ma'bûd karya Syamsul Haq al-'Azhîm Âbâdi (XIII/225)].


TIPS AGAR SHALAT KHUSYU'

Bismillahirahmanirahim

Didalam agama Islam Shalat adalah ibadah yang paling pokok atau yang paling utama. Allah SWT telah menjelaskan kepada kita melalui Al-Qur'an bahwa amal pertama yang akan dihisab adalah shalat. Sebagian dari kita mungkin sudah melaksanakan kewajiban untuk shalat. Tapi, Apakah kita sudah khusyu dalam shalat kita?, Apakah kita sudah mampu untuk melibatkan Allah dalam setiap Shalat kita?. Bagi sebagian orang mungkin berfikir bahwa kewajiban untuk shalat berakhir ketika kita melaksanakannya, tapi apakah kita tidak memikirkan Apakah Allah menerima Shalat kita atau tidak?. dan jangan lupa bahwa salah satu diterimanya shalat adalah kekhusyu dalam shalat. sebagaimana dalam Al-Qur'an Surat Al-Mukminun ayat 1-2: "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatya."

Tentu kita sebagai seorang muslim menginginkan untuk shalat dengan khusyu. Nah, berikut saya akan memberikan tips agar kita khusyu dalam shalat kita :
1. Pusatkan pikiran hanya kepada Allah
2. Menyadari bahwa kita sedang menghadap Tuhan
3. Mempelajari dan memahami makna dan arti dari bacaan shalat kita
4. Menganggap shalat yang dilakukan adalah shalat terakhir.
5. Jika pikiran terganggu kembali konsentrasi.
6. Memperhatikan kondisi tubuh sebelum shalat.
7. Shalat tepat waktu dan tidak terburu-buru.
8. Ikhlas semata-mata untuk mengharapkan ridha Allah.
9. Berusaha untuk selalu memperbaiki shalat kita.
10. Memperhatikan kondisi lingkungan sebelum shalat.

Nah, itu adalah tips agar shalat kita insyaallah lebih khusyu. Semoga tips di atas dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin

Senin, 18 Agustus 2014

Khubaib bin Adi


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus sepuluh orang sahabat sebagai mata-mata (peristiwa ini dikenal dengan Perang Raji’). Beliau mengangkat Ashim bin Tsabit radhiallahu ‘anhu sebagai pemimpin pada ekspedisi ini. Ketika tengah berada di daerah Hadah, yang terletak antara Asafan dan Mekah, kedatangan mereka terendus oleh orang-orang kafir dari bani Lihyan.
Sejurus kemudian, bani Lihyan melakukan pengejaran terhadap pasukan mata-mata ini. Bani Lihyan kurang lebih mengerahkan 100 orang pemanah. Pengejaran mereka sampailah ke tempat yang disinggahi para sahabat, dan mereka menemukan biji kurma.
“Ini kurma dari Yatsrib (Madinah).” Seru mereka. Mereka pun segera melakukan penelusuran mengikuti jejak-jejak tersebut, hingga akhirnya berhasil menyusul rombongan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Begitu menyadari kedatangan musuh, Ashim bin Tsabit radhiallahu ‘anhu dan para sahabat lainnya berlindung di dataran tinggi. Musuh berhasil mengepung mereka dan berseru, “Turunlah kalian dan menyerahlah! Kami menjamin dan berjanji tidak akan membunuh seorang pun dari kalian.”
Ashim bin Tsabit menanggapi mereka, “Kami tidak sudi berada dalam jaminan orang kafir.” Lalu ia memanjatkan doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Ya Allah, beritahukan nasib kami ini kepada Nabi-Mu.”
Karena keengganan para sahabat untuk menyerah, orang-orang bani Lihyan itu menghujani mereka dengan anak panah, sehingga sebagian sahabat pun gugur, termasuk di antaranya Ashim bin Tsabit. Tinggal tersisa tiga orang sahabat yang akhirnya tertawan. Salah satu dari sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berhasil mereka tangkap dalam keadaan hidup adalah Khubaib bin Adi.
Lalu Khubaib dibeli oleh anak-anak Harits bin Amir bin Naufal. Harits adalah seseorang yang tewas di tangan Khubaib di Perang Badar. Karena hal ini, Khubaib melewati hari-harinya bersama mereka sebagai tawanan. Dan akhirnya bani Lihyan sepakat untuk membunuhnya.
Keajaiban Khubaib Saat Tertawan
Suatu hari Khubaib meminjam sebuah pisau dari salah seorang putri al-Harits untuk keperluannya. Namun tiba-tiba, ada bocah kecil, anak dari perempuan tadi, mendekat ke arah Khubaib karena kelalaian ibunya. Sang ibu melihat Khubaib memangku putranya, sementara pisau berada di tangannya. Serta-merta wanita itu merasa sangat ketakutan.
Melihat hal itu, Khubaib mengetahui kalau ibu anak tersebut takut, ia pun menenangkan ibu anak tersebut dengan mengatakan, “Apakah engkau khawatir jika aku sampai membunuhnya? Sungguh aku tidak akan melakukannya.” Perempuan itu pun berkata, “Demi Allah, aku belum pernah melihat, ada seorang tawanan yang lebih baik daripada Khubaib. Demi Allah, aku juga pernah menyaksikan dia makan setangkai buah anggur yang berada di tangannya, padahal ia dalam keadaan terbelenggu. Dan ketika itu, di Mekah belum datang musim anggur. Itulah sebuah rezeki yang diberkan Allah kepada Khubaib.”
Ketegaran Khubaib bin Adi Menanti Eksekusi
Pada hari yang ditetapkan untuk mengeksekusi sahabat yang mulia ini, anak-anak al-Harist membawanya keluar dari wilayah tanah haram Mekah. Mereka ingin melakukan pembunuhan di luar tanah haram. Menjelang eksekusi, Khubaib mengajukan permintaan kepada mereka, “Berilah aku waktu sebentar saja untuk melakukan shalat dua rakaat.” Mereka pun meng-iyakannya mengerjakan shalat dua rakaat.
Usai shalat, Khubaib berkata, “Sungguh seandainya kalian tidak menganggap aku takut (menghadapi kematian), tentu aku akan menambah jumlah rakaat shalatku. Ya Allah, hitunglah jumlah mereka, binaskanlah mereka satu per satu, jangan biarkan satu pun di antara mereka hidup.”
Kemudian Khubaib melantunkan bait-bait syair yang mencerminkan kekuatan imannya:
فلست أبالي حين أقتل مسلما
على أي جنب كان لله مصرعي
وذلك في ذات الإله وإن يشأ
يبارك على أوصال شلو ممزع
Tiada peduli manakala aku terbunuh dalam keadaan muslim
di tempat mana saja nyawaku hilang untuk Allah.
Demikian ini karena Allah, kalau Dia berkehendak
akan memberkahi seluruh anggota tubuh yang terkoyak.
Kemudian Abu Sirwa’ah, Uqbah bin al-Harits mendekat dan membunuhnya. Begitulah Khubaib bin Adi al-Anshari menemui kematiannya yang indah, terbunuh di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia merupakan orang yang pertama mencontohkan melakukan ibadah shalat sunah sebelum dieksekusi.
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah ini adalah:
1.     Tidak boleh membunuh anak-anak musuh.
2.    Tingginya keyakinan Khubaib dan ketegarannya dalam membela agama.
3.    Allah menguji hamba-Nya dengan apa saja yang Dia kehendaki.
4.    Ketetapan adanya karamah bagi para wali Allah.
5.    Diperbolehkan melaknant kaum musyrikin.

"apakah kita bisa setegar beliau yang tak gentar dan takut akan hukuman mati yang menanti beliau??, sudahkah kita memiliki iman sekuat Khubaib bin Adi??"

semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mencurahkan semangat pengorbanan yang benar pada kita dalam meninggikan kalimatullah.

Sumber: Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XI/1429H/2008M

CARA MENGGUNTING KUKU SESUAI SUNNAH NABI


Mungkin diantara kita masih banyak yang salah atau tidak mengerti bagaimana cara menggunting kuku sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullah. karena kita menganggap bahwa perkara ini adalah hal yang sepele sehingga kita tidak mempedulikan tangan atau kaki yang mana yang harus didahulukan untuk dipotong terlebih dahulu, kiri atau kanan?? Padahal Islam itu adalah agama yang sangat sempurna, bagaimana tidak dari bangun tidur sampai kita tidur kembali pada malam hari semua itu jelas ada tata caranya. Nah, untuk perkara yang satu ini Rasulullah Saw. telah memberikan contoh kepada kita bagaimana cara memotong kuku yang benar. 
Nah, berikut ini akan membahas seputar adab menggunting kuku menurut sunah Nabi Saw.

1. Hukum Dan Hikmah Memotong Kuku
Memotong kuku adalah amalan sunah. Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha: “Sepuluh perkara yang termasuk fitrah (sunnah): memotong kumis, memelihara jenggot, bersiwak, memasukkan air ke hidung, memotong kuku, membasuh sendi-sendi, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu ari-ari, bersuci dengan air (beristinja), berkata Zakaria: “berkata Mus’ab: “Aku lupa yang kesepuluh kecuali berkumur.”
Sebagaimana diriwayatkan daripada Anas bin Malik:
Sebagaimana disebutkan dalam kitab Fath al-Bari, bahawa Ibnu ‘Umar Radhiallahu ‘anhu menanam potongan kuku.
Menurut kitab Al-Ihya’, jika seseorang dalam keadaan junub atau berhadas besar, janganlah dia memotong rambut, kuku atau memotong sesuatu yang jelas daripada badannya sebelum dia mandi junub. Kerana segala potongan itu di akhirat kelak akan kembali kepadanya dengan keadaan junub.
Tabiat memanjangkan kuku dan membiarkannya tanpa dipotong adalah perbuatan yang bertentangan dengan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihhi wasallam, karena beliau menggalakkan supaya memotong kuku. Jika dibiarkan kuku itu panjang, niscaya banyak perkara-perkara yang membabitkan hukum seperti wudhu, mandi wajib dan sebagainya.
Sekali lagi ini adalah bentuk menghilangkan segala kotoran yang melekat di celah kuku, apalagi jika kuku dibiarkan panjang.

2. Cara Dan Benda Untuk Memotong Kuku
Menurut Imam an-Nawawi, sunah memotong kuku bermula jari tangan kanan keseluruhannya dan dimulai dari jari kelingking lalu sampai pada ibu jari, kemudian tangan kiri dari jari kelingking ke ibu jari.
Sementara alat untuk memotong kukunya dapat menggunakan gunting, pisau atau benda khas yang tidak menyebabkan mudharat pada kuku atau jari seperti alat pemotong kuku.
Setelah selesai memotong kuku, sebaiknya segera membasuh tangan dengan air. Ini karena jika seseorang itu menggaruk anggota badan, dikahawatirkan akan menyebabkan penyakit kusta.
Menurut kitab al-Fatawa al-Hindiyah dalam mazhab Hanafi bahawa makruh memotong kuku dengan menggunakan gigi juga akan menyebabkan penyakit kusta.

3. Waktu Memotong Kuku
“Telah ditentukan waktu kepada kami memotong kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu ari-ari agar kami tidak membiarkannya lebih daripada empat puluh malam.”
“Adapun menurut Imam asy-Syafi’e dan ulama-ulama asy-Syafi’eyah, sunah memotong kuku itu sebelum mengerjakan sembahyang Juma’at, sebagaimana disunatkan mandi, bersiwak, memakai wewangian, berpakaian rapi sebelum pergi ke masjid untuk mengerjakan shalat Juma’at,” (Hadis riwayat Muslim)

4. Memanjangkan Kuku Dan Mewarnainya ( Cutex)
Adapun dalam hal mewarnai kuku (cutex), perempuan yang bersuami adalah haram mewarnai kuku jika suaminya tidak mengizinkan. Sementara perempuan yang tidak bersuami pula, haram baginya mewarnai kuku. Demikian juga jika pewarna itu diperbuat dari benda najis karena akan menghalang daripada masuknya air saat berwudhu.


Nah, itu adalah pembahasan mengenai adab memotong kuku. Jika kita mencintai Rasulullah tentu kita akan mengikuti apa yang Rasulullah lakukan, walaupun itu adalah perkara yang sangat kecil sekalipun. Jika kita belum mampu untuk mengikuti semua perilaku yang Rasulullah contohkan, mulailah ikuti dari perkara yang sangat kecil sekalipun. Jangan kita melupakan sunnah Rasulullah karena kita disibukan oleh urusan duniawi yang sangat melenakan kita sehingga kita malas dan tidak mempunyai waktu untuk mengkaji Islam dan akhirnya kita melupakan apa tujuan sebenarnya kita hidup di dunia??? 
Wa'allahualam...

Senin, 11 Agustus 2014

Cara Nabi Mengawali Hari



Hari-hari penuh keberkahan yang dilalui Rasulullah sepanjang hidupnya menjadi pelajaran mahal bagi kita. Kali ini, kita akan mengetahui bagaimana beliau mengawali hari-harinya. Seperti apa beliau membuka siang harinya.
Menarik sekali memperhatikan pembukaan hari. Karena pembukaan bisa menentukan aktifitas sepanjang harinya. Lihatlah umpamanya hadits berikut,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallamberkata,
Tidaklah tiba pagi hari bagi para hamba kecuali ada dua malaikat yang turun. Salah satu di antara mereka berdua berkata: Ya Allah berikanlah ganti bagi orang yang berinfak. Yang lain berkata: Ya Allah berikanlah kehancuran bagi orang yang pelit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan hadits itu, kita pahami bahwa membuka hari tidak boleh dengan kesalahan. Bukankah jika ada seseorang yang salah membuka harinya, ia akan hidup sepanjang hari dalam kutukan doa malaikat. Dan sebaliknya, bagi yang benar memulainya maka ia akan mendapatkan cahaya doa malaikat.
Jadi, mengawali hari sangatlah penting untuk keberlangsungan hari-hari yang baik dan penuh berkah.
Nah, bagaimana Nabi mengawali harinya sebelum matahari pagi menebarkan sinar terangnya.
DR. Abdul Wahhab bin Nashir Ath Thurairy dalam bukunya al Yaum an Nabawimencoba mengumpulkan dari berbagai riwayat dalam kitab-kitab hadits mu’tabaroh(yang diakui para ulama). Kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan, hingga jelas seperti apa hari-hari yang dilalui Nabi pada siang dan malam harinya.
Dan berikut rangkaian aktifitas Nabi yang dilakukan untuk mengawali hari,

Kemudian Nabi shalat Sunnah Qobliyyah Shubuh 2 Rokaat. Shalat dengan cepat. Hingga ada yang berkata: Apakah Nabi membaca Al Fatihah dalam shalatnya?
Karena begitu cepatnya. Di Rakaat pertama setelah Al Fatihah, beliau membaca Al Kafirun. Dan pada rakaat kedua membaca Al Ikhlas. Terkadang di rakaat pertama membaca Al Baqarah: 136 dan di rakaat kedua membaca Ali Imron: 64.
Jika telah selesai dari shalat tersebut dan istrinya sudah bangun, beliau berbincang dengannya dengan perbincangan penuh kenyamanan dan kebahagiaan.
Tapi jika istrinya masih tidur, beliau tiduran miring ke kanan (untuk istirahat) sampai tiba waktu shalat Shubuh.
Jika Bilal radhiallahu anhu melihat para sahabat telah berkumpul di masjid, dia mendatangi Rasulullah dan berkata: Shalat ya Rasulullah.
Rasul pun keluar (dari rumahnya) menuju masjid
. (al Yaum an Nabawi h. 8-10)
Di Ramadhan 1433 H ini, buku al Yaum an Nabawi dijadikan acara televisi besar di timur tengah Al Resalah. Langsung disampaikan oleh penulisnya DR. Abdul Wahhab Ath Thurairy.
Ya, sebuah teladan yang sangat menarik. Agar hari ini berkah.
Adzan Fajar (Shubuh) yang dikumandangkan, pertanda siang hari dimulai. Saat itulah Nabi melakukan dua amal mulia untuk siang harinya. Bahkan matahari belum lagi menampakkan dirinya. Sinarnya belum lagi menyapa bumi dan penghuninya.
Nabi mengawali hablum minallah (hubungan dengan Allah), dengan melakukan shalat ringan dua rakaat (Qobliyyah Shubuh). Shalat sunnah yang satu ini sangat istimewa di bandingkan shalat-shalat rawatib (pengiring shalat wajib) lainnya. Sehingga ia merupakan shalat sunnah yang tidak ditinggalkan oleh Nabi saat semua shalat rawatib ditinggalkan ketika sedang safar (dalam perjalanan). Karena keutamaannya yang luar biasa,

عن عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

Dari Aisyah, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata,
Dua rakaat (sebelum) Shubuh lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim)
Semulia itulah shalat ringan yang mengawali hari-hari Nabi dan orang-orang beriman.
Dan untuk mengawali hablum minannas (hubungan dengan sesama manusia), beliau mendatangi orang terdekat dan terkasih dalam hidupnya. Yaitu istrinya. Beliau menyambut pagi dengan merekahkan senyum bagi istrinya. Kalimat lembut yang hadir dari hati menyapa penuh makna.
Bayangkan seorang istri yang membuka cahaya harinya dengan perbincangan penuh kasih sayang dari suaminya! (DR. Abdul Wahhab Ath Thurairy)
Pasti sangat indah dan merekah hari keluarga itu. Saat suami terkasih menebar bunga-bunga dari hati yang terpancar dari lisan.
Pasti hari yang penuh semangat. Saat sang pemimpin dan pendidik itu menyapa lembut untuk bekal sang istri melaksanakan tugas berat sepanjang siang ini.
Nabi menyejajarkan dua amal mulia itu. Shalat dua rakaat yang lebih mulia dari dunia dan seisinya. Dan seutama itulah setidaknya, amal yang beliau sejajarkan; berbincang ringan dengan istri di pagi hari.
Jadi inilah kebiasaan ringan dan mudah yang dicontohkan oleh Nabi untuk membuka dan mengawali hari-hari penuh keindahan dan semangat.
Para suami, mari kita sapa para istri sebelum mentari pagi datang menyapa.
Semoga hari-hari keluarga kita seberkah hari-hari keluarga Rasulullah.
Sumber:http://www.parentingnabawiyah.com

Masih Jahiliyyah-kah Kita di Urusan yang Satu Itu?



Tulisan ini dimulai dengan mengingatkan kita kembali ke jaman jahiliyyah. Ketika itu anak-anak perempuan dikubur hidup-hidup oleh bapak-bapak mereka. Mereka malu dan marah ketika mendapati kenyataan bahwa mereka diamanahi anak perempuan.
Salah satu alasan mereka melakukan itu adalah karena berangggapan anak perempuan hanya akan menjadi beban mereka. Mengurangi jatah makan mereka. Sementara ketika mereka besar, anak-anak perempuan ini  tidaklah mampu menghasilkan harta benda sebagaimana anak laki-laki mereka.

Mereka takut miskin, takut lapar. Mereka putus harapan karena kemiskinan yang sedang melanda. Bahkan yang berkecukupan pun merasa harta mereka berkurang karena beban yang bertambah dengan kehadiran anak-anak mereka.
Maka terjadilah penguburan hidup-hidup anak perempuan. Pun pembunuhan anak-anak laki-laki dan perempuan karena takut miskin. Semua ini terjadi karena sikap pesimis luar biasa. Sekaligus menunjukkan kemiskinan iman dan ilmu.
Allah yang Menjamin Rizki Setiap Makhluk
Allah berfirman:
وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
"Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan dijamin Allah rIzkinya”
(QS Hud: 6).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan di dalam ayat tersebut Allah Subhanahu wata’ala memberitahukan bahwa Dia yang menanggung semua rezeki semua makhluk yang berada di atas bumi, baik yang kecil maupun besar, di daratan maupun di lautan.
Tafsir At Thabari menjelaskan penekanan pada ayat ini bahwa Allah telah menyediakan rIzki seluruh makhluk hidup dan memberi mereka petunjuk untuk mencari dan memperolehnya.
Maka, perlu dipahami bahwa Allah menyatakan dengan kata  دَابَّةٍ bagi makhluknya untuk terus berikhtiar dan bergerak, bukan hanya menanti hujan uang atau badai emas menghampiri. Belajarlah dari seekor burung yang keluar dari sarangnya setiap hari untuk mencari makan bagi keluarganya.  Begitulah adanya tugas seorang suami, yang memang berkewajiban untuk menafkahkan sebagian hartanya bagi keluarganya.

Tak Perlu Khawatir Berlebihan

Dari Abdullah berkata,” Pernah aku bertanya kepada Nabi shallahu’alaihi wassalam, dosa apa yang paling besar di sisi Allah?”. Nabi menjawab, “Engkau menjadikan tandingan untuk Allah, padahal Dialah yang menciptamu.” Aku lalu berkata,” Jika demikian berarti itu memang perkara besar!” Kemudian aku bertanya lagi, ”Lalu apa lagi?” Nabi menjawab,” Engkau membunuh anakmu karena kamu khawatir akan makan bersamamu.” Kemudian saya bertanya.” Lantas apa lagi?” Nabi menjawab: ”engkau berzina dengan istri tetanggamu.”
(HR Bukhari)

Sehingga jelas bahwa setiap makhluk, tanpa kecuali, sudah dijamin Allah rezekinya. Termasuk anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan. Tak perlu khawatir berlebihan. Anak bukanlah beban orang tuanya. Rizki untuknya sudah ditentukan oleh Allah. Dan tidak mengambil "jatah rizki" anggota keluarga lainnya.

Pahami Peran Masing-Masing

وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.” (QS. Al Baqarah : 233)
أَسْكِنُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ سَكَنْتُمْ مِنْ وُجْدِكُمْ وَلَا تُضَارُّوهُنَّ لِتُضَيِّقُوا عَلَيْهِنَّ
“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka.” (QS. Ath Thalaq : 6)

Suami adalah pemimpin keluarga yang kewajibannya menafkahkan sebagian hartanya bagi orang-orang yang berada dalam tanggungannya: istri dan anak-anaknya. Maka di dalam hartanya, ada rezeki yang Allah berikan bagi istri dan anak-anaknya. Memberi makan dan pakaian kepada mereka, serta menempatkan mereka di mana suami bertempat tinggal menurut kemampuan suami.  Seorang suami harus menyadari kewajiban mereka menafkahi, sementara bahwa istri harus menyadari bahwa mereka harus mampu menerima keadaan kemampuan suaminya dalam urusan nafkah.

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ ۚ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)…“ (QS. An Nisa: 34)

Maka dengan kewajiban yang sudah tertulis dalam beberapa ayat Al Quran yang dikutip di atas, seorang suami harus menyadari bahwa ada harta istri dan anak-anak mereka di hartanya. Sehingga tak bisa semena-mena merasa bahwa hartanya adalah sepenuhnya miliknya. Ada kewajiban menafkahkan sebagian harta mereka pada istrinya. Kekhilafan yang kadang terjadi adalah beberapa suami  sampai membuat istrinya merasa “kecil” karena hanya menerima nafkah darinya (tidak berpenghasilan sendiri).

Di sisi lain, seorang istri haruslah memahami, bahwa ada tugas mulia yang Allah berikan kepadanya. Oleh karenanya ia berhak diberi nafkah oleh suaminya. Tugas mulia itu adalah menjadi wanita shalihah: hafidzah dan qanitat. Sehingga janganlah merasa “kecil”, merasa tak berpenghasilan bila tak bekerja kantoran atau menerima gaji  dari perusahaan lain. Sesungguhnya Allah menitipkan rezeki untukmu di tangan penanggungmu: suamimu tercinta yang penuh tanggungjawab.

http/:parentingnabawiyah.com

Umar bin Khattab RA


Ia adalah seorang khalifah yang sangat terkenal, perjalanan hidupnya adalah teladan yang diikuti, dan kepemimpinannya adalah sesuatu yang diimpikan. Banyak orang saat ini memimpikan, kiranya Umar hidup di zaman ini dan memipin umat yang tengah kehilangan jati diri. Ada beberapa gelintir orang yang tidak menyukai khalifah yang mulia ini, mereka mengatakan al-Faruq telah mencuri haknya Ali. Menurut mereka, Ali bin Abi Thalib lebih layak dan lebih pantas dibanding Umar untuk menjadi khalifah pengganti Nabi. Berangkat dari klaim tersebut, mulailah mereka melucuti kemuliaan dan keutamaan Umar. Mereka buat berita-berita palsu demi rusaknya citra amirul mukminin Umar bin Khattab. Mereka puja orang yang memusuhinya dan pembunuhnya pun digelari pahlawan bangsa. Berikut ini kami cuplikkan kabar-kabar ilahi yang bercerita tentang keutamaan, kemuliaan, dan kedudukan Umar bin Khattab, karena seperti itulah ia layak untuk diceritakan.

Nasab dan Ciri Fisiknya
Ia adalah Umar bin al-Khattab bin Nufail bin Adi bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Luai, Abu Hafsh al-Adawi. Ia dijuluki al-Faruq. Ibunya bernama Hantamah binti Hisyam bin al-Mughirah. Ibunya adalah saudari tua dari Abu Jahal bin Hisyam.

Ia adalah seseorang yang berperawakan tinggi, kepala bagian depannya plontos, selalu bekerja dengan kedua tangannya, matanya hitam, dan kulitnya kuning. Ada pula yang mengatakan kulitnya putih hingga kemerah-merahan. Giginya putih bersih dan mengkilat. Selalu mewarnai janggutnya dan merapikan rambutnya dengan inai (daun pacar) (Thabaqat Ibnu Saad, 3: 324).
Amirul mukminin Umar bin Khattab adalah seorang yang sangat rendah hati dan sederhana, namun ketegasannya dalam permasalahan agama adalah ciri khas yang kental melekat padanya. Ia suka menambal bajunya dengan kulit, dan terkadang membawa ember di pundaknya, akan tetapi sama sekali tak menghilangkan ketinggian wibawanya. Kendaraannya adalah keledai tak berpelana, hingga membuat heran pastur Jerusalem saat berjumpa dengannya. Umar jarang tertawa dan bercanda, di cincinnya terdapat tulisan “Cukuplah kematian menjadi peringatan bagimu hai Umar.”
Sering kali pada awalnya (sebelum masuk Islam) kaum muslimin mendapatkan perlakukan kasar darinya. Sebenarnya di dalam hati Umar sering berkecamuk perasaan-perasaan yang berlawanan, antara pengagungannya terhadap ajaran nenek moyang, kesenangan terhadap hiburan dan mabuk-mabukan dengan kekagumannya terhadap ketabahan kaum muslimin serta bisikan hatinya bahwa boleh jadi apa yang dibawa oleh Islam itu lebih mulia dan lebih baik.
Sampailah kemudian suatu hari, beliau berjalan dengan pedang terhunus untuk segera menghabisi Rasulullah SAW. Namun di tengah jalan, beliau dihadang oleh Abdullah an-Nahham al-‘Adawi seraya bertanya:
“Hendak kemana engkau ya Umar ?”,
“Aku hendak membunuh Muhammad”, jawabnya.
“Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhroh jika engkau membunuh Muhammad ?”,
“Jangan-jangan engkau sudah murtad dan meninggalkan agama asal-mu?”. Tanya Umar.
“Maukah engkau ku tunjukkan yang lebih mengagetkan dari itu wahai Umar, sesungguhnya saudara perempuanmu dan iparmu telah murtad dan telah meninggalkan agamamu”, kata Abdullah.
Setelah mendengar hal tersebut, Umar langsung menuju ke rumah adiknya. Saat itu di dalam rumah tersebut terdapat Khabbab bin Art yang sedang mengajarkan al-Quran kepada keduanya (Fatimah, saudara perempuan Umar dan suaminya). Namun ketika Khabbab merasakan kedatangan Umar, dia segera bersembunyi di balik rumah. Sementara Fatimah, segera menutupi lembaran al-Quran.
Sebelum masuk rumah, rupanya Umar telah mendengar bacaan Khabbab, lalu dia bertanya :
“Suara apakah yang tadi saya dengar dari kalian?”,
“Tidak ada suara apa-apa kecuali obrolan kami berdua saja”, jawab mereka
“Pasti kalian telah murtad”, kata Umar dengan geram
“Wahai Umar, bagaimana pendapatmu jika kebenaran bukan berada pada agamamu ?”, jawab ipar Umar.
Mendengar jawaban tersebut, Umar langsung menendangnya dengan keras hingga jatuh dan berdarah. Fatimah segera memba-ngunkan suaminya yang berlumuran darah, namun Fatimah pun ditampar dengan keras hingga wajahnya berdarah, maka berkata-lah Fatimah kepada Umar dengan penuh amarah:
“Wahai Umar, jika kebenaran bukan terdapat pada agamamu, maka aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah”
Melihat keadaan saudara perempuannya dalam keadaan ber-darah, timbul penyesalan dan rasa malu di hati Umar. Lalu dia meminta lembaran al-Quran tersebut. Namun Fatimah menolaknya seraya mengatakan bahwa Umar najis, dan al-Quran tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah bersuci. Fatimah memerintahkan Umar untuk mandi jika ingin menyentuh mushaf tersebut dan Umar pun menurutinya.
Setelah mandi, Umar membaca lembaran tersebut, lalu membaca : Bismillahirrahmanirrahim. Kemudian dia berkomentar: “Ini adalah nama-nama yang indah nan suci”
Kemudian beliau terus membaca :
طه
Hingga ayat :
إنني أنا الله لا إله إلا أنا فاعبدني وأقم الصلاة لذكري
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”
(QS. Thaha : 14)
Beliau berkata :
“Betapa indah dan mulianya ucapan ini. Tunjukkan padaku di mana Muhammad”.
Mendengar ucapan tersebut, Khabab bin Art keluar dari balik rumah, seraya berkata: “Bergembiralah wahai Umar, saya berharap bahwa doa Rasulullah SAW pada malam Kamis lalu adalah untukmu, beliau SAW berdoa :
“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai; Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam”. Rasulullah SAW sekarang berada di sebuah rumah di kaki bukit Shafa”.
Umar bergegas menuju rumah tersebut seraya membawa pedangnya. Tiba di sana dia mengetuk pintu. Seseorang yang ber-ada di dalamnya, berupaya mengintipnya lewat celah pintu, dilihatnya Umar bin Khattab datang dengan garang bersama pedangnya. Segera dia beritahu Rasulullah SAW, dan merekapun berkumpul. Hamzah bertanya:
“Ada apa ?”.
“Umar” Jawab mereka.
“Umar ?!, bukakan pintu untuknya, jika dia datang membawa kebaikan, kita sambut. Tapi jika dia datang membawa keburukan, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri”.
Rasulullah SAW memberi isyarat agar Hamzah menemui Umar. Lalu Hamzah segera menemui Umar, dan membawanya menemui Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW memegang baju dan gagang pedangnya, lalu ditariknya dengan keras, seraya berkata :
“Engkau wahai Umar, akankah engkau terus begini hingga kehinaan dan adzab Allah diturunakan kepadamu sebagaimana yang dialami oleh Walid bin Mughirah ?, Ya Allah inilah Umar bin Khattab, Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin Khattab”.
Maka berkatalah Umar :
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah, dan Engkau adalah Rasulullah .
Kesaksian Umar tersebut disambut gema takbir oleh orang-orang yang berada di dalam rumah saat itu, hingga suaranya terdengar ke Masjidil-Haram.
Masuk Islamnya Umar menimbulkan kegemparan di kalangan orang-orang musyrik, sebaliknya disambut suka cita oleh kaum muslimin.

Keistimewaan dan Keutamaannya
- Umar adalah Penduduk Surga Yang Berjalan di Muka Bumi
Diriwayatkan dari Said bin al-Musayyib bahwa Abu Hurairah berkata, ketika kami berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Sewaktu tidur aku bermimpi seolah-olah aku sedang berada di surga. Kemudian aku melihat seorang wanita sedang berwudhu di sebuah istana (surga), maka aku pun bertanya, ‘Milik siapakah istana ini?’ Wanita-wanita yang ada di sana menjawab, ‘Milik Umar.’ Lalu aku teringat dengan kecemburuan Umar, aku pun menjauh (tidak memasuki) istana itu.” Umar radhiallahu ‘anhu menangis dan berkata, “Mana mungkin aku akan cemburu kepadamu wahai Rasulullah.”
Subhanallah! Kala Umar masih hidup di dunia bersama Rasulullah dan para sahabatnya, namun istana untuknya telah disiapkan di tanah surga.
- Mulianya Islam dengan Perantara Umar
Dalam sebuah hadisnya Rasulullah pernah mengabarkan betapa luasnya pengaruh Islam di masa Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu. Beliau bersabda,
“Aku bermimpi sedang mengulurkan timba ke dalam sebuah sumur yang ditarik dengan penggerek. Datanglah Abu Bakar mengambil air dari sumur tersebut satu atau dua timba dan dia terlihat begitu lemah menarik timba tersebut, -semoga Allah Ta’ala mengampuninya-. Setelah itu datanglah Umar bin al-Khattab mengambil air sebanyak-banyaknya. Aku tidak pernah melihat seorang pemimpin abqari (pemimpin yang begitu kuat) yang begitu gesit, sehingga setiap orang bisa minum sepuasnya dan juga memberikan minuman tersebut untuk onta-onta mereka.”
Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Kami menjadi kuat setelah Umar memeluk Islam.”
- Kesaksian Ali bin Abi Thalib Tentang Umar bin al-Khattab
Diriwayatkan dari Ibnu Mulaikah, dia pernah mendengar Abdullah bin Abbas berkata, “Umar radhiallahu ‘anhu ditidurkan di atas kasurnya (menjelang wafatnya), dan orang-orang yang berkumpul di sekitarnya mendoakan sebelum dipindahkan –ketika itu aku hadir di tengah orang-orang tersebut-. Aku terkejut tatkala seseorang memegang kedua pundakku dan ternyata ia adalah Ali bin Abi Thalib. Kemudian Ali berkata (memuji dan mendoakan Umar seperti orang-orang lainnya), “Engkau tidak pernah meninggalkan seseorang yang dapat menyamai dirimu dan apa yang telah engkau lakukan. Aku berharap bisa menjadi sepertimu tatkala menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demi Allah, aku sangat yakin bahwa Allah akan mengumpulkanmu bersama dua orang sahabatmu (Rasulullah dan Abu Bakar).
Aku sering mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Aku berangkat bersama Abu Bakar dan Umar, aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar, dan aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar.”
- Umar adalah Seorang yang Mendapat Ilham
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di antara orang-orang sebelum kalian terdapat sejumlah manusia yang mendapat ilham. Apabila salah seorang umatku mendapakannya, maka Umarlah orangnya.”
Zakaria bin Abi Zaidah menambahkan dari Sa’ad dari Abi Salamah dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari Bani Israil ada yang diberikan ilham walaupun mereka bukan nabi. Jika salah seorang dari umatku mendapatkannya, maka Umarlah orangnya.”
- Wibawa Umar
Dari Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setan lari ketakutan jika bertemu Umar.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Umatku yang paling penyayang adalah Abu Bakar dan yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar.” (HR. Tirmidzi dalam al-Manaqib, hadits no. 3791)
Demikianlah di antara keutamaan Umar bin al-Khattab yang secara langsung diucapkan dan dilegitimasi oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah meridhai Umar bin al-Khattab.